Artikel Terbaru

Sunday, March 18, 2012

Ana khoirun minhu / aku (Iblis) lebih baik daripada dia (Adam)

Ana khoirun minhu = aku (Iblis) loebih baik darpd dia (Adam). Ungkapan singkat, padat, tapi terlaknat. Gara-gara kalimat itu iblis harus keluar dari surga.

Itu pula yang ditularkan iblis ke dalam hati para keturunan Adam yang terlena dengan ujian Alloh, berupa sedikit kelebihan pada dirinya. Aku lebih baik daripada kamu/ dia. Kami lebih baik dari kamu sekalian/mereka. Orang-orangku, Golonganku, ormasku, parpolku, aliranku, lembagaku dll lebih baik daripada yang lain.

Ternyata itu telah mampu membuat kehidupan surgawi di bumi jadi neraka yang panas dan sesak dihuni sepanas bara api iblis sombong yang memang ia dicipta dari bahan api. Kemudian dikobarkan oleh sesama anak Adam sendiri

Yah, sehebat, sepintar, sekaya, sekuasa, setampan apapun seseorang. Kalau sudah ada gejala "ana khirun minhu" itu alias takabur (sombong sekecil apapun), namun itu sayangnya biasanya tidak disadari oleh yang bersangkutan, tapi pasti semua pendengarnya merasakannya,
meski sering diam demi jaga perasaan saja. Maka itulah awal akan datangnya petaka. Banyak contoh orang jatuh, karena terlalu tinggi menakar diri, tak sadar ia, banyak orang lain yang juga hebat seperti dia, malah mungkin lebih. Bagai ungkapan sang nabi suci; dia yang suka meninggikan diri akan direndahkan oleh yang Maha Tinggi. Dia yang suka merendah akan ditinggikan derajadnya olehNya

Ketika orag suka banyak bicara tentang diri/kelompok nya, disitulah biasanya jd pintu masuk rasa ana khirun minhu itu. Sampai terus dan tidak merasa bahwa api iblis sudah mulai disulut untuk membakar hatinya. Api neraka ternyata mulai menyala justru dari hati anak Adam sendiri karena suka meniru sifat iblis itu.

Tepatlah kiranya ungkapan si 'arif: Hati orang-orang beriman adalah rumah-rumah Alloh (karena selalu buat suasana hidup yang penuh rahmah, bak di surga). Hati si kafir adalah rumah iblis (karena suka bikin suasana hidup yang penuh laknah, bak di neraka)

Semoga kita semua terhindar dari sifat itu dan dihiasi diri kita dengan sifat rendah hati . Allohumma amiin

Penulis: Dr. Saadi, M. Ag, Dosen STAIN Salatiga