
Ketika mereka dalam suatu pertemuan dan membahas masalah masa depan negara tersebut, dan dalam puncak kesedihannya, maka Kresna sebagai konsultan Pandawa mengingatkan bahwa itu semua sudah kodrat yang memang harus terjadi. Ia menceritakan ulang peristiwa ketika Harjuna dengan gelar Begawan Cipto Wening sedang bertapa, kemudian didatangi oleh Dewa Bethara Guru dan Narada. Saat itu ke dua Dewa tersebut menawarkan kepada Harjuna untuk minta apa saja dan akan dituruti/dikabulkan semuanya.
Maka saat itu Harjuna sbg ksatria pinadhita minta TIGA HAL:
1. Pendawa menang dalam Perang Baratayudha
2. Pendawa UTUH LIMA, tidak ada yang gugur dalam perang itu.
3. Kerajaan astina pura kembali ke tangan Pendawa
Ketika tiga hal itu selesai disampaikan, maka kedua dhewa tersebut masih menwarkan, apa masih ada permintaan lain lagi, sampai 3 kali. Harjuna menjawab: tidak, cukup tiga itu saja. Kemudian ke dua Dhewa tersebut kembali ke Kahyangan. Saat itu sontak Semar menjerit menangis, mengapa Harjuna tidak minta agar seluruh anak-anak pendawa selamat dan utuh semua. padahal kesempatan minta selalu ditawarkan. Tetapi malah Harjuna tanya kepada Semar, apakah kelak anak-anak Pandawa pada gugur di dalam perang baratayudha. Maka Semar pun malah tambah menagis, mengapa Harjuna tanya itu, padahal ia baru saja bertapa yang ucapannya pasti akan terwujud.
Dengan crita itu, maka sadarlah para Pandawa tentang kodrat kehidupan yang pasti terjadi sebagai mana dimaksud Kresna di depan. Maka setelah itu, kemudian tahta kerajaan Astina diserahkan kepada seorang bayi kecil Parikesit bin Abimanyu bin Harjuna. Dan tamatlah kisah keluhuran dan kedigdayaan pandawa lima, karena tidak mempersiapkan kader-kader penerus negara secara sistematis. Ternyata Pendawa lima hebat untuk diri mereka sendiri saja dan hanya untuk jamannya saja (tidak bervisi jauh pada anak turunnya ke depan sebagai penerus perjuangan).Tragis!
Tapi apa pun, Pandawa lima masih sangat beruntung karena sebagai tokoh-tokoh keutamaan, nama para tokohnya banyak dipakai sebagai simbol-simbol kebajikan, motto, cerita-cerita heroik, nama jalan, bahkan di kota Salatiga untuk nama masjid, nama toko-toko emas di berbagai kota, dll. sedangkan Korawa, karena sukanya hanya bergelimang kesenangan dan menuruti hawa nafsu, maka tidak ada yang mau memakai namanya untuk hal-hal yang bernilai baik. Pelajaran dan hikmah apa yang dapat kita ambil dari kisah tersebut?
Penulis: Bapak Sa'adi STAIN Salatiga